Tuhan Sedang Bermain Kamera


Hujan mengandung harapan, juga impian
pada garis-garisnya langit seperti menangis, terisak-isak
memecah kesunyian, sambil menebar kilat menyala-nyala.
Yang gelap menjadi terang, yang malam terlihat siang.
.
“Tuhan sedang bermain kamera,” kata seorang pengamen
“Dia memotret kita. Gambarnya akan diserahkan kepada malaikat,
biar malaikat-malaikat tahu, kepada siapa mereka harus memberi hadiah!”
pengamen  itu tersenyum dalam hati, berharap sebentar lagi laparnya hilang.
Baru saja, koin-koin recehnya terjatuh masuk hitam selokan
tak ada tukaran yang bisa ia berikan, kecuali mengharap pemberian
dari doa yang ia lantunkan.

Hujan mengandung harapan, juga impian
pada mereka yang di ranjang berduaan.
Seperti petir api-api cinta berloncatan
percikan terang redup bergantian.
“Habis ini cepat kita pulang!” kata lelaki kelelahan,
“Takut istri, ya Mas?” tanya genit bibir perempuan.
.
Mereka tetap bergegas pulang,
yang lelaki takut ketahuan
yang perempuan khawatir hamil duluan.

Padahal Dia juga memotretnya,
diam-diam dari balik awan…
.
.
*****

2 komentar: