Ia Menggali Airmatanya Sendiri


di tengah kebun,
ia menggali air matanya sendiri
.
menanam bungkusan putih, bermata darah
baru saja ia bawa dari kamar UGD
yang serupa kurusetra
bersimbah erangan dan laknat
hingga datang seribu malaikat
menanti di setiap ujung nyawa

sebelumnya,
“tolong aku,kali ini saja Sayang!” kata wanita itu (mirip nyanyian angsa)
“sesudah itu kau bebas pergi apa maumu.”
laki-laki muda itu mengantar kekasihnya, ke arah rumah sakit
pikirannya masih menyesali, “kenapa tak kau turuti aku?”
.
sementara jauh hari sebelumnya,
“keluar di dalam berarti sama dengan menanam bom di rahimmu!”
laki-laki muda tak dapat menguatkan hati kekasihnya
dan dirinya sendiri
syahwat para kurawa datang dari
masa silam; hinggap di setiap sel-sel tubuhnya

empat bulan setelahnya
“aku hamil, bagaimana ini?”
kau yang buat, kau yang menanamnya, ini anakmu!
demi jagad dewa batara: ini anakmu!
.
olalah Gusti…
sosok betara Surya tampak di sebelahnya
dewi Kunthi menangis, meratap ke nirwana

seperti Karna yang dihanyutkan ke sungai
berharap kusir Adhirata akan menemukannya
memelihara hingga kelak digjaya
.
di pagi musim yang cerah
laki-laki muda dan sebuah kantong hitam
mencari sungai yang mengalir
yang dapat menyuci hatinya
.
namun tak sealur pun ia ketemu
hanya sepetak rerimbunan yang sunyi
menetes beberapa doa dari sesal itu berasal
sebentar lagi fajar turun
bersama luluh embun
.
di tengah kebun,
ia menggali air matanya sendiri

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar