Dag …Dig ….Dug….
Di sebuah malam yang teramat
sunyi, aku berjalan kaki menuju pulang. Tak biasanya begitu sepi, tak pula
mendapat tumpangan. Kendaraan sulit dicari malam ini, entah kenapa. Aku
meneruskan langkah kaki di antara lebat rindang pepohonan. Tiba-tiba,
BRAAAAAAKKKKKKKKKKK……….
Suara benturan keras mengejutkanku
seperti membelah malam, tak jauh dari tempatku terhenyak. Aku mempercepat
jalanku, sedikit berlari kecil, sepertinya di depan tikungan suara tadi
berasal.
Oh, ternyata bis besar menabrak
pohon tua, hingga ringsek pecah-pecah berantakan. Sepinya jalan kini terganti
dengan teriakan dan jeritan,
“Tolongggggg…………. Ampunnnn.. Ya
Tuhannnnn……… Toloongggggg…!!!”
Dag …Dig ….Dug….
Dag …Dig ….Dug….
Sebagian adalah lolong kesakitan,
aku sungguh mendengarnya jelas. Telingaku seperti ditusuk-tusuk, bulu kudukku
berdiri. Dan aku lihat, astaga! Korban-korban tercerai-berai, memilukan. Bercampur
dengan bagian dari bis yang porak poranda. Warna merah segera meneror
pandangan, yang kini terang oleh beberapa lampu sorot. Cipratan darah segar di mana-mana.