Sastra dan Saya




Di sebuah bar dengan papan nama seronok, menjerit-jerit silau lampunya. Memanggil-manggil mereka yang ingin melewati malam dengan sloki cinta on the rock. Memagut bibir gelas bergaram Tequila, menikmati Kahlua dalam irama disko latin yang menghentak lantai dansa. Lantai yang dikerumuni para pencari riuh, pendulang sensasi goyang musikal, berwarna-warni kilau metalik pakaiannya.

Saya sendirian berteman gurih Nachos dan Chivas bercampur cola dingin. Meski dinginnya tak membekukan tatapan saya ke arah perempuan bercelana jeans lebih rendah dari pinggulnya, membuat segaris merah celana dalamnya mengintip tanpa malu-malu. Dia bersebelahan dengan saya, sama-sama merokok, sama-sama sendirian. Dalam hitungan kesepuluh di benak, saya memperkenalkan diri. Kesendirian saya sirna sekejap. Nama perempuan itu, Sastra.