Akhirnya kantorku pindah kesebuah gedung berlantai tiga puluh. Aku tidak terlalu suka sebenarnya, lebih baik seperti kemarin di perumahan biasa, tak sukar mencari makanan, dan tak perlu naik turun lift hanya untuk membeli sebungkus rokok.
Namun Ibu Bos sudah
memutuskan demikian, supaya presentatif katanya. Maklum, meski kantor
periklanan kecil, makin hari makin banyak klien kami. Dan lagi sewa gedung
relatif murah sejak masa resesi global. Hampir semua gedung banting harga,
apalagi gedung yang kami baru tempati, bisa dibilang hanya beberapa lantai yang
baru terisi. Sebulan kami menempati ruangan baru, segalanya serba asing dan suasananya sepi sekali dibanding
kantor kami terdahulu.