Dinda dan Aku



Aku pikir, batang flamboyan di depan kelas itu tak lagi bersahabat dengan kita. Buktinya seringkali menjatuhkan rantingnya yang kecil dan kering, saat aku dan Dinda duduk dibawahnya. Dan ranting kering itu seringkali melayang sebentar, seperti menari-nari tertiup angin. Ya betul menari-nari, meliuk perlahan, berputar, melayang lagi lalu jatuh tepat di atas kepala kita. Dinda hanya tersenyum, sementara aku tertawa sambil menengadah, jangan-jangan ada lagi ranting yang iseng mengganggu. 

Memang cuma sebatang ranting, namun sanggup menghilangkan aneka lamunan dan membebaskan imaji menguap keangkasa. Dan ini masalahnya, dari mana tadi kita mulainya? Coba kamu ulangi lagi, aku lupa, aku terlalu konsen sama ranting-ranting itu. Dan genggaman tangan kita terlepas, aku membersihkan rambut Dinda dari ranting kecil nakal yang kerap mengganggu.