Kesepian Kita


Kamu bercerita tentang malam, namun aku merasa kini kita mulai menjauh. Tapi entah kenapa hati kita begitu tetap merekat luluh. Mirip dua sayap kunang-kunang yang biasa kita lihat saat kita bermain di antara ilalang, di bawah tebar gemintang jauh. Kau sering mengajaku berlarian di sana lalu merebah di sebelah pepohonan, menatap angkasa malam dan rembulah separuh. Ingatkah kamu, ada satu dua daun yang jatuh? Dan kamu bilang pohon itu melepas sauh. Agar kita tak pernah kemana-mana menjauh. Agar kita tetap di sana, saling melihat rembulan dan membuang jauh-jauh aneka keluh.

Aku pikir bau tubuhmu mungkin kulupa, namun lekukmu tak hilang dari setiap indra perasaku, bukit dadamu yang mulai tumbuh dan desahmu bagai memanggil sang rembulan. Dan kamu berbisik kembali, sini kuceritakan satu kisah. Kemarin, aku melihatmu senyum manis sekali. Kita lama bercerita. Bercerita tentang apa saja tanpa jeda. Cerita tentang kamu. Tentang aku. Cerita tentang kita. Tentang cinta. Semua bak nyata.

Kunang-kunang membawa lentera, menjadi rinai cahaya di tengah purnama. Dan kamu tertawa setiap kunang-kunang itu terbang di wajahku.

Aku, Kau dan Pelangi


.
Merah

Aku sering bertanya dalam hati, kenapa pelangi hanya timbul, saat reda hujan? Ingin lihat pesta warna di langit, harus menunggu mendung.  Lalu menanti air jatuh dari langit. Masalahnya jika hujan sore hari dan petang baru usai rintiknya, pelangi tak kan datang. Direngut sinar rembulan dan gelap malam. Pelangi itu semu, tak dapat di pegang, diraih, apalagi dibawa pulang. Namun aku suka, meski semu, aku begitu menyukainya.

Jingga

Ini tentang mimpiku semalam, mimpi tentang pelangi yang menari-menari merayakan kemenangan usai gerimis hujan. Tak pernah ia menyesal bahwa hadirnya hanya sekejap saja dalam mewarnai bumi.Tak pula ia merutuki gerimis dingin yang mencipta gugu dan gigil.Tidak juga mencaci mentari yang hanya mampu sementara membiaskannya. Karena yang ada hanya rasa syukur pernah menjadi pelangi, pernah memesona dunia dengan berbagai warna indahnya.

Dia adalah Chika



.
.
Dia adalah Chika

Menjadi cerdas itu biasa, menjadi pintar itu juga biasa. Kebetulan seluruh siswa sekolah itu memang anak-anak yang pandai. Nah, masalahnya adalah menjadi juara kelas dan juara SMA bukan hal gampang. Bisa naik kelas atau lulus saja sudah untung.

Dari sekian banyak siswa ada satu anak yang paling menonjol nilai-nilainya. Menjadi cerdas itu biasa buat cewek berambut sebahu, periang dan banyak temannya. Dia bukan tipe serius apalagi kutu buku, sebagaimana layaknya anak lain, dia juga gemar bermain, ngobrol ngalor ngidul dan tentu saja aktif dalam kegiatan pelajaran ekstra kurikuler.