Maria Namanya, Pelacur Biasa



Maria namanya, pelacur biasa
gincunya memekik bau mawar
berjalan ke lorong jalan yang lenggang.
.
Sebuah café di sudut kota New Orleans
jendelanya suram tertutup bayangan awan hitam
yang berkeliling menghuni malam.

Beberapa pasang meja dan bangku
hangat oleh tubuh-tubuh yang bersandar
diam tanpa bicara, hening tak bersuara.

Sementara, musik dari tiupan klarinet menjerit jerit
nadanya terantuk dinding,
memantul pada secangkir Cappucino
di depan seorang wanita gaun ungu.
Ia sendiri menunggu sesuatu yang tak seorangpun tahu.
.
Di cangkir itu, pantulan bulan menggelepar
meraih ruah pendar. Mengibas ruap susu
yang mengepung genang hitam
-kopi seduh dan hari yang mulai rapuh.
Aroma kayu manis galau menghalau pendarnya
hingga terkacau pecah-pecah,
bagai cermin retak dari meja berhias.
.
Bulan keperakan terbenam serupa mutiara
dalam cangkang kerang,
pada genangan kelam -ia karam.
Sebatang sendok kuningan mengaduk cangkir putih glasir,
menghempas aren gula, juga coklat bubuk sejumput kuku.
Arusnya berputar spiral, memecah gelembung
udara yang terjebak buih susu tak berlemak.
.
Suhu delapan puluh derajat celcius,
melarut bubuk coklat, wangi kayu manis dan aren gula
melebur bersama bulan yang diam tenggelam.
Dan denting logam sendok mencubit porselin cangkir,
bunyinya seperti lonceng parau Katedral tua.
Melirih nada menyatu jeritan klarinet; hembusan peniup Blues
-seorang Negro berbadan tambun.
.
Derit lagu lantas menyeruak sudut café,
bercerita tentang putar kincir air pada
kapal yang malas berlaju di sungai Mississippi
Meski malam itu tak berbalut kabut
sebab asap-asap pergi merantau,
menyelinap di antara wajah-wajah bertopeng pucat
pada café itu. Tak senyum tak pula mengerut.
.
Wanita gaun ungu hilang ingatannya -tentang bulan
yang baru saja ia telan. Lantas ia hirup dalam-dalam rokok mentol,
membendung gelisah yang berjingkat
bersama melodi Blues dan kepul asap.
Mata kosongnya menerawang,
mencari bulan yang hilang.
Pada kopi yang keruh ia berkaca, mungkin berhias.
.
Jam menunjuk angka dua,
awan hitam menyingkir dari atap café
juga dari Katedral tua, tak jauh dari situ.
Seseorang berbaju hitam tak berwajah
menghampiri wanita gaun ungu, menepuk pundaknya
mencium keningnya.
“Aku tak ingin mengaku dosa, Pastor…,” ia berkata pada lelaki itu.
Namun, tangannya tak lepas dari ajakan.
Mengikuti sosok hitam berjalan
perlahan menuju gelap sunggai Mississippi.
.
Hingga menceburkan diri
mencari bulan  -yang katanya tenggelam.
Dibenamkan lelaki tanpa wajah,
Bersamaan dengan pengunjung café yang kini naik
bersama kepul asap. Ke langit-langit Katedral: menjadi lukisan
tanpa ekspresi. Diam dan tak beranjak.
.
Maria namanya, pelacur biasa
ungu gaunnya terapung di sungai
Dibawa laju air, riak dari kapal yang baru saja lewat
.
******

2 komentar: