Kata Mereka Ibuku di Surga



nanti kalau mati, apa yang akan diingat manusia lain tentang aku? kebaikanku? keburukanku? atau.. gunungan sampah tempat bertemu tuhan dan aku?
—–
ibu, kata mereka kamu di surga. betul ibu? kalau iya aku ingin menyusul kesana. didongengkan kamu tentang indahnya istana dunia. dongeng saja ibu. karena pada nyata, dunia adalah neraka tempat aku mempertaruhkan segala. segala. bahkan hidup, nafas dan nyawa. ibu, kata mereka kamu di surga. kata mereka di sana ada taman bermain. ada bunga-bunga yang menyapa. dengan segala tawa. betul ibu? kalau iya aku ingin menyusul kesana. aku ingin melihatmu, menyentuhmu, membelaimu. karena pada nyata, aku sungguh bukan siapa-siapa. kecuali  beling-beling dan seonggok botol plastik, menjadi temanku. tempatku bercerita.
kalaupun engkau belum di surga ibu. boleh aku kesana lebih dulu? disini hidupku gagu. suaraku bisu. diredam bising kota atas kepentingan-kepentingan para tua. tapi ibu, mereka baik sekali. dua hari sekali memberi ku empan nasi basi. aku menelannya bersama luruh debu. diantara deru klakson. dinding-dinding beton. dan lalu lalang orang yang menonton. kalaupun engkau belum di surga ibu. boleh aku kesana lebih dulu? aku rindu, ibu. aku rindu. setetes air matamu, sudah cukup bagiku.
.
(sementara seorang pengamen, gitar tua dan harmonika berkarat. melantun tentang balada. indahnya negri, hias pijar lampu kota. kereta cepat dan asap kuda-kuda besi yang mengangkasa. jendela-jendela terang mengotak-atik gelap malam, berbicara tentang saham pada lantai gedung tinggi ia mendekam.)
.
ayah! ayah kenal ibu? ayah tau seperti apa wajah ibu? bersyukurlah ayah. karena aku tidak. tidak pernah tau ibu itu bagaimana dan secantik dewi apa. seperti aku tidak tau ayah bagaimana dan setampan apa. kalian terlalu terburu-buru bertamasya ke surga. terbang menghilang meninggalkan aku di gundukan. entah menghilang, entah berlalu setelah membuang. dan aku hanya terbungkus selendang. lalu dingin dan panas sering menyerang. rasanya seperti kena tendang. dari alam yang begitu jalang. ayah! ayah kenal ibu? atau hanya semalam, atau hanya dua malam, atau tiga malam?

ayah, kata mereka kamu bersama ibu di surga? benar ayah? kalau iya, tolong kalian sampaikan pada israil kalau aku juga ingin disana. sama ayah. sama ibu. biar tidak usah tiap hari disebut yatim piatu. biar tidak usah setiap hari jadi ayah dan ibu untuk diri sendiri yang layu. biar angin tak sumbang berlagu. biar malam tak menghujam sejumlah sendu. ayah, kata mereka kamu bersama ibu di surga? apakah pintunya sudah terbuka? aku ingin di sana, meski sebentar saja, meski hanya melongok lewat jendela.
.
(sementara seorang badut jalanan, memainkan kaleng. berputar-putar di atas kepalanya. coreng moreng wajahnya, menyembul dari celoteh warna kusam bajunya. tertawa-tawa ia tanpa air muka yang berubah. bergemerincing koin logam dari tisik kantungnya. satu terjatuh menggelinding masuk hitam selokan.)
.
ayah. ibu.. sini. main kesini. ke aspal pinggiran tempat aku selalu bermimpi soal kalian. bermimpi soal keluarga. soal cinta. soal cita-cita. soal hidup. jelaga jalanan buatku ranjang beledu dan seperti biasa aku tak bisa mengadu. kepada siapa? kepada bulan biru? lampu-lampu jalanan seperti hantu mengenyahkan indah mimpiku di atas bantal batu. ayah. ibu.. sini. main kesini. dedangkan aku sebuah lagu. seperti anak-anak yang lain. yang gemar bermain, yang ingin dipeluk dan dicium. di tengah hangat bisik dongeng dan usapan kasih sekuntum. hingga aku bisa tersenyum. karena melihat senyum ayah. senyum ibu. senyum bintang . kejora mata ibuku sendiri. binar tatapan ayahku sendiri.
.
****
.
Pungky + Granito 

2 komentar:

  1. Tersentuh.. ini pengalaman pribadi atau imajinasi saja mbak? :)

    BalasHapus
  2. Imajinasi berdasarakn pengamatan sekeliling mbak Cica

    BalasHapus