Saat SMP aku punya teman sebangku yang lucu dan rupawan. Namanya Dinda. Anaknya cerdas luar biasa, hingga disayang para guru dan dikagumi teman-temannya termasuk aku. Kami bersahabat, atau dapat dikatakan melebihi sahabat. Semakin hari semakin erat hubungan kami hingga terbersit rasa saling cemburu, rasa saling kangen dan sedikit perasaan ingin memiliki.
Suatu hari aku
menyubit pipi Dinda di kelas saat pelajaran sejarah. Sebab ia membacakan
sajakku keras-keras. Seisi ruangan tertawa karenanya. Saking malunya kucubit ia
hingga merah merona pipinya. “Aaauuuwwww….” jeritan Dinda terdengar Ibu Guru,
lalu Ibu Guru segera menghampiriku dan menyubit pinggangku lebih kuat lagi.
Kini Dinda yang
tertawa, sekeras teman-teman lainnya terbahak-bahak. Saat itu kami masih
belajar di bangku sekolah menengah, dan pelajaran sejarah adalah hal yang paling
membosankan. Pernah Ibu guru sejarah bercerita dengan rekannya sesama guru, ia
juga bosan mengajar di sekolah kami. Sudah tiga tahun gaji beliau tidak kunjung
naik. Aku mendengarnya dari balik ruangan kala dihukum akibat mencubit Dinda
kali ke dua.
Beberapa kali aku pulang bareng Dinda, pernah tak dinyana bertemu dengan Ayahnya di tengah jalan. Mobilnya berhenti dan Dinda ikut pulang dengan sang Ayah. Aku berdiri melongo di pinggir jalan. Tak lama, hujan jatuh dengan derasnya. Aku basah kuyup hingga sampai dirumah. Malamnya aku demam, panas tinggi, membuat orangtuaku cepat melarikanku ke Dokter.
Dokter memeriksa
degup jantung dan sekujur tubuh, lantas berkata pada kedua orang tuaku, “Tampaknya
anak anda sedang jatuh cinta.”
Tiga hari aku
berbaring meringkuk dalam kamar, tak diijinkan sekolah. Pada hari kedua aku
mulai bosan, meski panasku belum juga normal. Ponselku diambil Ibu, beliau kuatir
kalau-kalau istirahatku terganggu. Maka aku isi dengan menulis puisi agar
kerinduanku akan Dinda terobati. Aku juga menulis sajak untuk Ibu guru, sebab
dirinya tengah berpacaran dengan guru sekolah dekat rumahku. Hampir tiap siang,
Bapak guru itu menjemputnya. Aku sempat melihat Ibu guru berdandan, memerahkan
bibirnya dengan pewarna, memutihkan seluruh wajahnya dengan bedak harum. Apakah
Ibu Guru sedang jatuh cinta?
Dinda manis wajahnya, mungkin gadis
termanis di sekolah kami. Matanya kecil berwarna kehijauan, tubuhnya tidak
terlalu tinggi, tidak pula terlalu pendek. Kulitnya berwarna kopi susu. Dan
rambutnya hitam pekat. Lebih dari itu, ia cerdas. Mungkin kecerdasaanya
melebihi pesona fisiknya.
Pernah temanku
ada yang menyukainya lantas mengirimkan sepucuk surat berwarna biru muda.
Sebelum surat itu dibaca, Dinda membuangnya ke tempat sampah. Wajahnya terlihat
merengut lalu berkata padaku, “Gue nggak suka sama dia. Norak soalnya!”
Entah bagaimana
ukuran norak sebenarnya, sejak itu aku takut sekali terlihat norak di depan
Dinda. Sebelum berangkat sekolah berulang kali aku menatap cermin,
mematut-matut diri, barangkali ada yang kurang. Bagaimana dengan sisiran
rambutku, bagaimana dengan kemejaku, dan bagaimana-bagaimana lainnya. Kakaku
sering marah-marah, gara-gara deodoran semprotnya sering aku habiskan. Ibuku malah
tertawa melihat ulahku, dan beliau menasehatiku agar tak memakai pewangi ketiak
kakakku. Dia
bilang, “Wanginya cowok sama cewek itu lain, kamu bisa dibilang norak kalau
memakai kepunyaan Mbak-mu terus.”
Serba salah jadi
cowok beranjak remaja, apalagi cairan hormon sedang giat-giatnya bekerja. Sedang
pikiran dan perasaanku belum lagi menyesuaikan diri. Makin bingung jika ada
yang mengatakan soal cinta sehubungan dengan perkembangan usiaku. Apakah cinta
itu timbul karena kerja kimia hormon? Kalau begitu, harusnya para ahli kimia
dapat membuat hal yang serupa dalam jumlah banyak. Lalu dijatuhkan seperti bom
pada negara-negara yang sedang berperang. Mungkin saja dapat mencegah
pertikaian, mungkin saja terjadi revolusi cinta di seantero dunia, kan?
Mungkin juga apa
yang terjadi di tubuhku sama dengan yang bekerja di badan Dinda. Hanya saja
Dinda tidak dapat diajak berdiskusi masalah ini, karena perempuan lebih
menyukai soal yang menyangkut perasaan. Ya, karena perempuan berbeda dengan
aku, kata Ibu Guru. Tambah beliau pula, laki-laki bertindak dan berpikir
rasional sedang perempuan sebaliknya. Namun, aku tidak sepaham dengan rumus tersebut.
Bukankah apa yang aku lakukan juga tidak rasional? Dan yang Bapak Guru lakukan
pula tidak masuk akal?
Soalnya Bapak
Guru sekolah dekat rumah itu katanya sudah punya istri, masa ia pacaran lagi?
Apakah memang kita semua diperbolehkan untuk mempunyai banyak pasangan? Kalau
begitu, boleh jadi hanya aku lah yang lain daripada yang lain, sebab yang aku
suka cuma Dinda. Tidak ada anak gadis lain yang aku taksir lagi. Mungkin tidak
masuk logika, tapi begitulah adanya.
Lalu wajahku
mulai ditumbuhi jerawat. Sudah beratus kali aku bersihkan mukaku
pagi-siang-sore, benda merah-merah
kecil itu tak jua pergi, malah bertambah menjadi tiga.
Selain jerawat, bawah hidungku mulai
dihinggapi rambut-rambut halus. Dan rambut-rambut itu juga mulai memenuhi
daerah kelaminku. Aku panik betul. Kenapa juga ia tumbuh tidak pada tempatnya?
Aku tidak melihat hal tersebut ada pada Dinda. Maksudku, aku tak menjumpai
jerawat di wajahnya, pula tak melihat ada rambut yang tumbuh di atas bibirnya.
Hanya saja dada Dinda tumbuh, sedangkan aku tidak. Aneh!
Tidak heran
Dinda yang manis menjadi model sebuah majalah remaja tatkala kami beranjak SMA.
Pada saaat itu, sayangnya aku tidak lagi satu sekolahan dengan dia. Kami sungguh
berjauhan, cuma telepon yang dapat aku lakukan. Sesekali aku bertemu dengannya
ketika aku dan keluarga melewati akhir minggu di Mall. Dinda makin dewasa,
kecantikannya merekah sempurna. Makin ngetop namanya menjadi model, makin
jarang kami bertemu. Dan beberapakali aku ke rumahnya untuk sekedar
kangen-kangenan, dia selalu tak ada di rumah. “Lagi pemotretan!” kata Ayahnya
yang super galak.
Dan masa-masa
SMA lewat secepat kedip cahaya bintang. Tidak terasa umurku jelang 22,
berstatus mahasiwa Desain Komunikasi Visual. Semester enam aku magang pada
sebuah majalah remaja, belajar fotografi. Nggak disangka-sangka aku bertemu
Dinda kembali setelah sekian tahun tak berjumpa.
“Nitooo….” Dinda
menjerit ketika melihat wajahku.
“Yesss Dearrr……”
Sementara aku menyembunyikan riak-riak rindu, takut ketahuan.
“Kamu kemana
ajaaaaa..?”
“Lhah gimana
sih? Kamu tuh yang susah ditemuin. Udah jadi seleb sihh!”
“Halooo….gak
segitunya kaleee….How are you, nito boy?”
“Great, I am
great! Hahahaha…”
Rasanya ingin
memeluk Dinda, ingin melemparkan sebuah kecupan kegembiraan. Namun aku sadar, aku di kantor orang.
Sejumlah pasang mata melihat kea rah
kami yang sedang heboh.
Begitulah
pertama kali bertenu Dinda setelah SMA. Sebuah perjumpaan singkat tapi cukup
melepas kangen yang menggunung.
*****
Kini aku sudah
berumah tangga dengan satu istri yang manis dan dua orang anak. Fino,putra
sulungku berumur 14 tahun, seusiaku ketika sekelas dengan Dinda di bangku SMP.
Teman-teman lama jaman itu kadang bertemu, jika melihat anak lelakiku pasti
berkata, “Si Fino wajahnya mirip Dinda… ya?!”
Aku hanya
tertawa dan mengangkat bahu. Entahlah apa betul begitu yang jelas aku cukup
bahagia dengan semua ini. Kecuali pada suatu malam, Fino demam. Aku meloncat
dari tempat tidur setelah Ibunya membangunkan aku, lantas membawabya berobat.
Dokter yang memeriksa hanya tersenyum, nampaknya sakitnya anankku tak terlampau
parah.
“Dia hanya butuh
istirahat. Anak anda sepertinya sedang jatuh cinta..” dokter itu berkata sambil
menatapku serius.
*****
Esoknya aku
memutuskan untuk ambil libur, menjaga Fino dan adiknya. Istriku mendapat tugas
luar kota mendadak. Profesinya sebagai menejer Public Relation, sungguh menyita
waktu. Siang hari tiba-tiba telepon genggamku berdering dan nama teman SMP-ku
tertulis di layarnya. Segera aku angkat, lantas suara yang bersahabat
terdengar,
“Halo Nit…minggu
depan ada reuni SMP ya. Jangan nggak dateng man!”
“Siyappp
boss…gue dateng sama bini gue yak..!”
“Oh iya, kasih
tau Dinda juga ya!…..Bini loe kan sibuk banget tuh, bilangin harus dateng…hehehe..”
*****
ArenaDomino Partner Terbaik Untuk Permainan Kartu Anda!
BalasHapusHalo Bos! Selamat Datang di ( arenakartu.org )
Arenadomino Situs Judi online terpercaya | Dominoqq | Poker online
Daftar Arenadomino, Link Alternatif Arenadomino Agen Poker dan Domino Judi Online Terpercaya Di Asia
Daftar Dan Mainkan Sekarang Juga 1 ID Untuk Semua Game
ArenaDomino Merupakan Salah Satu Situs Terbesar Yang Menyediakan 9 Permainan Judi Online Seperti Domino Online Poker Indonesia,AduQQ & Masih Banyak Lain nya,Disini Anda Akan Nyaman Bermain :)
Game Terbaru : Perang Baccarat !!!
Promo :
- Bonus Rollingan 0,5%, Setiap Senin
- Bonus Referral 20% (10%+10%), Seumur Hidup
Wa :+855964967353
Line : arena_01
WeChat : arenadomino
Yahoo! : arenadomino
Situs Login : arenakartu.org
Kini Hadir Deposit via Pulsa Telkomsel / XL ( Online 24 Jam )
Min. DEPO & WD Rp 20.000,-
INFO PENTING !!!
Untuk Kenyamanan Deposit, SANGAT DISARANKAN Untuk Melihat Kembali Rekening Kami Yang Aktif Sebelum Melakukan DEPOSIT di Menu SETOR DANA.