pada sosok yang dianggap tak berdaya
ia yang dipanggil namanya pada setiap doa
pada tubuh yang kerap hanya dilihat kulitnya
di sanalah dulu aku berada…
.
ia membaca larik lantun pelangi
nadanya lirih hingga langit Ilahi
sebaris harapan tentang rahimnya
di sanalah dulu aku sejuk berdiam…
( kecup rindunya bagai malaikat mayapada, membawa melati di sutra selendangnya )
.
saat aku menyuara barisan tangis
ia tersenyum bahagia, berbunga embun air mata
lantas berbulan demi bulan
air susunya menghidupi sebuah tetes nyawa
aku tertidur pada hangat dadanya…
.
tumbuh dan besar aku dibuatnya
betapa peluhnya adalah laut kasih dan sayang
lalu aku bisa berdiri, berjalan, hingga berlari
dan ia menuntunku dengan lentik jemarinya…
(aku melihat lesung pipi senyum rembulan, awan hitam memeluknya hingga temaram )
.
ketika malam menjenguk sepi
ia duduk di samping ranjang
mengisah cerita tentang putri bidadari
hingga aku terbang ke alam mimpi-mimpi
bersayap helai belai kasihnya…
.
walau habis semua gelap
walau beranjak seluruh terang
tiada yang dapat mengganti
belanga cinta
hati seorang wanita…
( aku pandang wajah ibuku, dan pada dirinyalah kutemukan warna-warni jiwa Kartini… )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar